
Pada tahun 1710-1775 berdirilah dua kerajaan besar dan jaya. Kerajaan tersebut ialah Kerajaan Tabanan dan Kerajaan Mengwi. Batas bagian timur wilayah Kerajaan Tabanan adalah sungai Panahan, sedangkan Kerajaan Mengwi batas baratnya adalah sungai Dati. Diantara perbatasan kedua Kerajaan tersebut terbentang tanah kosong dan gersang seluas ± 2280 M2 yang dijadikan gelar tengah atau wilayah pertempuran ketika itu.
Arya Sentong dari Puri Belayu menghantarkan Kerajaan Mengwi menjdi jaya dan tentram. Bahkan bagian utara Kerajan Mengwi diserah penguasanya kepada Puri Belayu. Puri Belayu menyerahkan wilayah Desa Munggal kepada I Gede Bakta keturunan Pasek Tangkas Puri Agung sebagai perebekelnya.
Beberapa waktu kemudian terjadilah perselisihan antara Puri Belayu dengan I Gede Bakta. Kisahnya I Gede Bakta mengambil Istri Raja Belayu. Karena melanggar adat istiadat I Gede Bakta dibuang kelaut. Akhirnya dia terdampar di wilayah Kerajaan Klungkung waktu itu. Dan dipungut oleh I Dewa Agung Raja Klungkung waktu itu. Tidak lama kemudian I Gede Bakta diserahkan kembali ketika ke Kerajaan Mengwi.
I Gede Bakta menghadap Raja Mengwi ketika itu sedang diadakan persidangan masalah peperangan antara Kerajaan Mengwi dengan Kerajaan Tabanan yang sudah menduduki gelar tengah. Melihat hal itu Puri Belayu dan Puri Marga dari Kerajaan Mengwi juga membuat benteng-benteng di daerah dekat perbatasan.
Perang pun pecah Prajurit Kerajaan Tabanan diserang dari arah utara tanda-tandanya yang ada dibanjar Bun terbakar hangus hanya tinggal arang tempat ini sekarang di beri nama Banjar Adeng.
Purnamaning Kapat hari itu pertempuran sangat seru, korbanpun berjatuhan dari kedua belah pihak. Mayat-mayat bergelimpangan tak terurus membusuk, membengkak dan mengembang, sekarang wilayah ini diberi nama Banjar Pengembungan.
Prajurit Kerajaan Tabanan menghadang habis-habisan (memagut) Prajurit Puri Marga dan Belayu. Pertempuran bertambah sengit wilayah ini nama Pagutan, masih wilayah banjar pengembungan. Melihat pertempuran yang terus berkobar I Gede Bakta lari ke utara menuju Puncak Beratan untuk bersemedi. Kemudian turunlah wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa berupa air suci dari Danau Beratan. I Gede Bakta pun segera membawa tirta tersebut ke medan pertempuran tuda. Bagian ini dari wilayah Banjar Tegaljadi.
Melihat I Gede Bakta membawa tirta ke medan perang kontan Prajurit dari Kerajaan Tabanan mundur tanpa perang sarat lari tunggang langgang melewati tanah tegal ladang ilalang tempat yang dilewati oleh prajurit-prajurit itu akhirnya dijarah oleh prajurit Puri Belayu dan Marga. Tempat ini termasuk Banjar Jadi wilayah Kerajaan Tabanan. Wilayah jarahan inilah kemudian diberi nama Banjar Tegaljadi.
Akhirnya seluruh wilayah dalam sejarah pertempuran ini bergabung menjadi satu wilayah desa yang penuh dengan tetesan darah perjuangan, yang kemudian dikenal dengan Desa Tegaljadi.
Demikianlah sejarah singkat Desa Tegaljadi yang dapat kami buat semoga ada manfaatnya. :